Belajar Menjadi Koperasi yang Besar dari Shinkin Bank Jepang
/0 Comments/in Artikel, Berita/by administratorOleh : Iwan Rudi Saktiawan, SSi, MAg, CIRBD
Pakar Koperasi dan Keuangan Mikro Syariah
Salah satu ikhtiar agar BMT kita maju dan memberikan manfaat besar adalah dengan belajar dari kesuksesan koperasi simpan pinjam di luar negeri. Pada tulisan ini kita akan belajar koperasi keuangan di negeri Sakura, yang asetnya mencapai sekitar 2 kali dari bank terbesar di Indonesia yakni Rp Rp5.059 T (data Maret 2024), namanya adalah Shinkin Central Bank, gabungan dari 254 shinkin bank.
Kata “Shinkin” berasal dari bahasa Jepang “信用金庫” (Shin’yō kinko), yang secara harfiah berarti “perbendaharaan kredit”. Shinkin bank adalah sebutan bagi koperasi simpan pinjam (KSP) di Jepang. Angota Shinkin Bank mayoritas UKM atau penduduk lokal. Selain menjalankan prinsip-prinsip koperasi, kekuatan shinkin Bank adalah mengakar di masyarakat dengan strategi:
- Kedekatan dengan komunitas. Shinkin Bank berada dekat dengan komunitas sehingga memungkinkan masyarakat merasa nyaman saat melakukan transaksi keuangan.
- Pelayanan yang disesuaikan. Shinkin Bank menyediakan pelayanan yang dapat disesuaikan (fine-tuned) dan dapat diatur (customized) sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, memperhitungkan beragam preferensi dan kebutuhan individual.
- Hubungan yang kuat dengan anggota. Hubungan kuat dijalin oleh shinkin bank dengan anggotanya, selain karena kedekatan lokasi dan hubungan emosional, juga karena multi layanan shinkin bank untuk membantu anggota shinkin bank. Selain layanan keuangan juga mendukung pengembangan manajemen bisnis anggota, konsultasi manajemen, dan lain-lain.
Meskipun menjalankan prinsip-prinsip koperasi dan mengakar di masyarakat, shinkin bank mampu bersaing dengan bank komersial lainnya. Sebagai contoh, untuk digitalisasi, selain adanya mobile banking dan internet banking, shinkin bank telah memiliki teknologi untuk dapat menggunakan QR Code payments, blockchain, mengoptimalkan AI dan lain-lain.
Shinkin bank diawasi oleh Financial Services Agency (FSA) yang merupakan OJK-nya Jepang. Pengawasan yang ketat, ternyata tidak menghalangi shinkin bank untuk tetap menjalankan prinsip koperasi dan mengakar di masyarakat. Sebaliknya, dengan pengawasan ketat tersebut mampu menjaga agar prinsip-prinsip koperasi dilaksanakan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi.
Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari shinkin bank. Pertama, persatuan antar KSP atau antar shinkin bank. Ada sebanyak 254 shinkin bank yang bergabung di bawah shinkin central bank (SCB). Shinkin bank diawasi oleh induk atau apex-nya, yakni SCB dalam bisnisnya untuk mematuhi SOP dan melaksanakan bisnis secara berkualitas. SCB juga memberikan konsultasi, pelatihan, fasilitasi infrastruktur IT, dukungan likuiditas, dan lain-lain kepada shinkin bank angotanya. Kedua, kunci sukses shinkin bank, selain menjalankan prinsip koperasi, juga mengakar di masyarakat. Produknya customized dan dekat dengan anggotanya. Ketiga, pengawasan ketat oleh otoritas pengawasan keuangan, dalam hal ini adalah FSA, seperti halnya yang dilakukan kepada bank umum terhadap koperasi, bukanlah masalah, namun justru memacu profesionalisme koperasi yang ujung-ujungnya berdampak terhadap kesejahteraan anggota. Dengan demikian, bila nanti pasca UU Perkoperasian yang baru, melahirkan Otoritas Pengawasan Koperasi (OPK) dan melakukan pengawasan yang disiplin, maka tidak masalah. Justru itu menjadi tantangan bagi koperasi untuk lebih disiplin dan professional.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari shinkin bank Jepang, sehingga BMT makin maju dan makin dapat memberdayakan ummat.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!